Suatu ruang memiliki elemen penyusun utama berupa dinding, kolom, langit-langit dan lantai yang dilengkapi dengan pintu dan jendela sebagai penghubung (Krier, 2001). Elemen-elemen pembentuk ruang tersebut akan mempengaruhi paramater akustik, maka pertimbangan desain arsitektural yang dapat mengendalikan parameter akustik perlu dilakukan (Gade, 2007). Beberapa aspek desain terhadap elemen ruang yang perlu dipertimbangkan adalah:
Bentuk Ruang dan Posisi Tempat Duduk Audiens
Dalam sebuah auditorium, penggunaan lantai yang efisien dan kedekatan audiens terhadap penampil merupakan aspek yang penting. Dalam gambar di bawah kita bisa melihat berbagai jenis bentuk ruang. Tingkat kedekatan dengan penampil dan kejelasan visual menjadi alasan pemilihan ruang berbentuk kipas (III dan IV). Namun ruang berbentuk kipas memiliki kekurangan ketika dihadapkan dengan masalah pantulan lateral yang dibutuhkan di ruang dengan fungsi musik. Pantulan lateral dalam ruang berbentuk kipas tidak terjadi dikarenakan pemantulan bunyi dari dinding samping yang mengarah secara frontal kepada pendengar (Gade, 2007).
Desain Balkon
Salah satu permasalahan yang dihadapi ketika sebuah ruang memiliki balkon adalah keberadaan audiens di bawahnya. Sangat penting memastikan adanya bukaan yang cukup di bawah balkon yang berkaitan dengan perbandingan kedalaman dan ketinggian ruang di bawah balkon. Jika hal ini diabaikan maka energi bunyi pantulan akan berkurang dan mengurangi kekuatan suara yang diterima pendengar di bawah balkon. Perbandingan antara ketinggian (H) dan kedalaman (D) untuk teater (speech) adalah H ≥ 2D sedangkan untuk ruang konser (musik) adalah H ≥ D (Gade, 2007).
Volume dan Ketinggian Langit-langit
Sebagian besar audiens berada di lantai sehingga ketinggian dalam sebuah ruang auditorium menjadi penting karena tidak terhalang apapun. Jika kita memperhatikan grafik dalam gambar di bawah, maka absis grafik tersebut dapat diinterpretasikan sebagai ketinggian ruang. Ruang dengan tinggi sekitar 15 m diperlukan jika menginginkan waktu dengung mencapai 2 detik, sedangkan ketinggian 5-6 m diperlukan untuk mendapatkan waktu dengung sekitar 1 detik (Gade, 2007).
Material Akustik
Semua material bangunan dan perlakuan terhadap permukaan suatu bahan memiliki tingkat penyerapan tertentu (Doelle, 1980). Penyerapan bunyi tersebut mempengaruhi waktu dengung sehingga menentukan kualitas akustik sebuah ruang. Material tersebut dapat berupa:
Material Penyerap
Material Penyerap digunakan apabila ada keinginan untuk mengurangi energi bunyi di dalam ruangan. Pengaruh penggunaan elemen ini adalah berkurangnya waktu dengung ruang (reverberation time). Ciri utama elemen ini adalah secara fisik permukaannya lunak/berpori atau keras tetapi memiliki bukaan (lubang) yang menghubungkan udara dalam ruang dengan material lunak/berpori dibalik bukaannya, dan mengambil banyak energi gelombang bunyi yang datang ke permukaannya (Sarwono, 2013). Penyerapan berpori dapat berupa kain atau bahan seperti rockwool dan glasswool cenderung menyerap bunyi di frekuensi tinggi (Barron, 2010).
Material Pemantul
Elemen ini pada umumnya digunakan apabila ruang memerlukan pemantulan gelombang bunyi pada arah tertentu. Ciri utama elemen ini adalah secara fisik permukaannya keras dan arah pemantulannya spekular. Bahan pemantul memantulkan bunyi dengan sudut pantul sama besar dengan sudut datang bunyi pada garis tegak lurus bidang (Sarwono, 2013). Refleksi dari permukaan terbatas tergantung pada hubungan antara ukuran pemantul dan panjang gelombang bunyi. Refleksi sempurna terjadi pada frekuensi tinggi, sedangkan bila frekuensi diturunkan, energi yang dipantulkan akan berkurang. Jarak dari pemantul ke sumber dan penerima juga berpengaruh signifikan terhadap bunyi yang diterima (Barron, 2010).
Comments